aaa
Jumat, 20 September 2024
Rabu, 31 Agustus 2022
EDUKASI PERILAKU CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR
Mahasiswa KKN-PUMD UNASMAN (Universitas Al Asyariah Mandar) Desa Kebunsari Kecamatan Wonomulyo melakukan kegiatan edukasi perilaku cuci tangan pakai sabun pada siswa Sekolah Dasar, Selasa 23 Agustus 2022.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah penyakit diare pada anak, karena masih terlihat kebiasaan anak makan dengan kondisi tangan yang kotor”. Tutur Afdan Sakura selaku Koordinator Desa KKN-PUMD UNASMAN Kebunsari.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari keempat belas KKN-PUMD UNASMAN. Program ini menjadi penting dalam melakukan pendekatan pada anak sekolah dasar.
Olehnya itu Kepala Sekolah SDN 032 IMPRES KEBUNSARI, Ibu Rusnah, S.Pd.I, mengaku kegiatan yang dilaksanakan KKN-PUMD UNASMAN KEBUNSARI ini sangat bermamfaat bagi siswa.
“Apa yang dilakukan Mahasiswa yang sedang Ber-KKN ini sangat bermamfaat bagi siswa. Saya melihat mereka yang makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu”, tutur Ibu Rusnah.
Dalam kesempatan itu, mahasiswa KKN, Asriani, Mirzak Zakia Derajat dan Darmawati yang berperan penting dalam kegiatan ini mengatakan bahwa, kegiatan ini dilakukan untuk memberi pemahaman dan pembiasaan pada anak agar selalu mencuci tangan sebelum melakukan sesuatu. Hal ini ntuk menjaga pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari bagi mereka.
Mahasiswa KKN-PUMD UNASMAN Desa Kebunsari berharap apa yang dilakukan dalam kegiatan tersebut, yakni prilaku cuci tangan, bisa menjadi budaya bagi anak sekolah dasar. (as)
Senin, 26 Desember 2011
Indonesia Harus Maksimalkan Pengembangan Desa Wisata
Untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, pemerintah diimbau supaya memaksimalkan pengembangan Desa Wisata.
Demikian Disampaikan Anggota Dewan Etik UNWTO, I Gde Ardika pada keteranganya usai sosialisasi desa wisata di Desa Sudaji Buleleng Bali pada Minggu siang. Gde Ardika mengungkapkan pengembangan desa wisata juga bertujuan untuk melibatkan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan sehingga masyarakat dengan kebudayaanya tidak hanya menjadi obyek pariwisata.
I Gde Ardika mengatakan, “Jadi sekarang yang dimaksud dengan pembangunan wisata pedesaan ini, masyarakat desalah yang harus sadar dan mau memperbaiki dirinya mempergunakan kepariwisataan sebagai alat, baik itu untuk peningkatan kesejahteraan, maupun pelestarian nilai-nilai budaya-adat setempat.”
Sedangkan Direktur Yayasan Wisnu Made Suarnatha menyatakan pengembangan desa wisata yang dilakukan pemerintah selama ini hanya pasang label semata, tanpa disertai upaya identifikasi kekhasan desa dan keunggulan desa yang dikembangkan sebagai desa wisata.
“Pemerintah punya cara berbeda (dalam) mengembangkan desa wisata, atau ada langgam yang masih lama. Pokoknya, mau mengembangkan desa wisata banyak desa tempelkan kata wisata, seolah-olah itu sudah siap menjadi desa wisata. Padahal, kalau kita mengembangkan berbasis masyarakat desa, langkah yang (harus) dipersiapkan cukup lama,” ujar Made Suarnatha.
Sementara, Nyoman Dodi Iriyanto Kepala Bidang pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng menyampaikan tantangan yang paling besar dalam pengembangan desa wisata adalah prilaku masyarakat dalam pengimplementasian Sapta Pesona pariwisata, salah satu contohnya adalah dalam hal kebersihan
Nyoman Dodi Iriyanto mencontohkan, “Jadi selama ini sulit merubah tingkah laku atau pola hidup masyarakat yang memang belum menunjukkan tanda positif untuk kebersihan itu, misalnya seperti habis minum mereka langsung buang, inilah tantangan kita pemerintah, masyarakat dan juga para pengusaha untuk bisa menyadarkan mereka.”
Sebelumnya pemerintah menargetkan menjadikan desa wisata sebagai basis pembangunan ekonomi kreatif. Mengingat cukup banyak produk-produk desa wisata yang mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat desa.
Demikian diberitakan VOA dalam www.voanews.com pada minggu 18 Desember 2011. pengembangan desa wisata bukan soal mudah karena "desa" dalam pengertian ini tidak sekedar batas teritorial atau administratif, tetapi lebih dalam masuk ke ruang kebudayaan. karena itu pengembangan desa wisata yang paling utama bukan potensi SDA melainkan potensi kebudayaannya, dalam hal ini terutama kemampuan masyarakat atau warga desa yang bersangkutan sebagai bagian dari kebudayaannya. Mereka harus mengenal dan betul-betul tidak "terpisahkan" dengan kebudayaannya.
United Nations World Tourism Organization (UNWTO) atau organisasi pariwisata dunia mendorong Indonesia untuk lebih memaksimalkan pengembangan pariwisata berbasis desa atau desa wisata. Selain untuk lebih banyak menarik kunjungan wisatawan, pengembangan desa wisata juga memberikan dampak pemerataan pembangunan hingga tingkat desa dan mengangkat tingkat perekonomian masyarakat.
Demikian Disampaikan Anggota Dewan Etik UNWTO, I Gde Ardika pada keteranganya usai sosialisasi desa wisata di Desa Sudaji Buleleng Bali pada Minggu siang. Gde Ardika mengungkapkan pengembangan desa wisata juga bertujuan untuk melibatkan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan sehingga masyarakat dengan kebudayaanya tidak hanya menjadi obyek pariwisata.
I Gde Ardika mengatakan, “Jadi sekarang yang dimaksud dengan pembangunan wisata pedesaan ini, masyarakat desalah yang harus sadar dan mau memperbaiki dirinya mempergunakan kepariwisataan sebagai alat, baik itu untuk peningkatan kesejahteraan, maupun pelestarian nilai-nilai budaya-adat setempat.”
Sedangkan Direktur Yayasan Wisnu Made Suarnatha menyatakan pengembangan desa wisata yang dilakukan pemerintah selama ini hanya pasang label semata, tanpa disertai upaya identifikasi kekhasan desa dan keunggulan desa yang dikembangkan sebagai desa wisata.
“Pemerintah punya cara berbeda (dalam) mengembangkan desa wisata, atau ada langgam yang masih lama. Pokoknya, mau mengembangkan desa wisata banyak desa tempelkan kata wisata, seolah-olah itu sudah siap menjadi desa wisata. Padahal, kalau kita mengembangkan berbasis masyarakat desa, langkah yang (harus) dipersiapkan cukup lama,” ujar Made Suarnatha.
Sementara, Nyoman Dodi Iriyanto Kepala Bidang pengembangan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng menyampaikan tantangan yang paling besar dalam pengembangan desa wisata adalah prilaku masyarakat dalam pengimplementasian Sapta Pesona pariwisata, salah satu contohnya adalah dalam hal kebersihan
Nyoman Dodi Iriyanto mencontohkan, “Jadi selama ini sulit merubah tingkah laku atau pola hidup masyarakat yang memang belum menunjukkan tanda positif untuk kebersihan itu, misalnya seperti habis minum mereka langsung buang, inilah tantangan kita pemerintah, masyarakat dan juga para pengusaha untuk bisa menyadarkan mereka.”
Sebelumnya pemerintah menargetkan menjadikan desa wisata sebagai basis pembangunan ekonomi kreatif. Mengingat cukup banyak produk-produk desa wisata yang mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat desa.
_____________________________________________________________
Demikian diberitakan VOA dalam www.voanews.com pada minggu 18 Desember 2011. pengembangan desa wisata bukan soal mudah karena "desa" dalam pengertian ini tidak sekedar batas teritorial atau administratif, tetapi lebih dalam masuk ke ruang kebudayaan. karena itu pengembangan desa wisata yang paling utama bukan potensi SDA melainkan potensi kebudayaannya, dalam hal ini terutama kemampuan masyarakat atau warga desa yang bersangkutan sebagai bagian dari kebudayaannya. Mereka harus mengenal dan betul-betul tidak "terpisahkan" dengan kebudayaannya.
Oleh karena itu desa wisata juga nantinya tidak menjadi bumerang bagi "mati"nya kebudayaan setempat yang disebabkan oleh ketidak-siapan secara kultur menerima pengaruh kebudayaan luar. Mengapa harus bertahan? Karena kekhasan kebudayaan lokal itulah yang dapat membuat desa wisata mendapat perhatian wisatawan, bukan karena kesamaan atau kemiripannya dengan desa wisata lainnya.
Lalu bagaimana menurut anda? silahkan berkomentar, jangan ragu mengemukakan pendapat anda...
sumber berita: http://www.voanews.com/indonesian/news/Indonesia-Harus-Maksimalkan-Pengembangan-Desa-Wisata-135821073.html
sumber foto: http://www.potlot-adventure.com/2008/12/13/kete-kesu-desa-wisata-tana-toraja/
Langganan:
Postingan (Atom)